Kisah Pemabuk Yang Membuat Rasulullah Tertawa

Video Kisah: https://youtu.be/AiZhyqQn4QM

Assalamu’alaikum.
Rasulullah selalu memiliki sahabat yang baik hati menjaga bahkan bisa membuatnya tertawa. Salah satu sahabat yang senang melawak dan jahil adalah Nuaiman bin Amru bin Rafa’ah. Ia memiliki watak yang jahil sehingga yang di dekatnya mudah tertawa bahagia. Meskipun wataknya lucu, Nuaiman juga seorang mujahid sejati Islam. Beliau pernah mengikuti perang badar bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Nuaiman bin Amru adalah salah seorang sahabat Nabi yang merupakan penduduk Madinah dari kalangan kaum Anshar. Pada peperangan Badar, ia turut berjihad bersama Rasulullah SAW. Dikalang para sahabat, ia terkenal sebaagai sahabat yang suka bergurau.

Malangnya, Nuaiman pernah menjadi pemabuk yang ketagihan arak semasa zaman Rasulullah SAW. Beliau telah ditangkap dan Nabi telah mengarahkannya dicambuk. Beliau telah ditangkap dua kali dan kemudian dicambuk lagi. Oleh karena dia masih tidak putus asa tabiat itu, Nabi mengaarahkan supaya dipukul dengan kasut. Apabila beliau masih saja tidak berhenti minum, Rasulullah akhirnya berkata, “ Jika dia kembali (meminum arak) maka bunuhlah dia.”

Walaupun bertegas, Rasulullah SAW masih menaruh harapan untuk Nuaiman memperbaiki diri. Akhirnya Nuaiman bertaubat juga mengakui kesalahannya. Ia memohon ampun kepada Allah SWT. Inilah yang beliau lakukan dan beliau mendapat perhatian Nabi dan para sahabat yang menikmatui senda gurau dan ketawa beliau.

Pernah suatu saat Nuaiman berangkat bersama Abu Bakar ke Basrah untuk berniaga. Bersama mereka ikut pula Suwaibith, yang bertugas membawa perbekalan. Nuaiman meminta kepada Suwaibith agar diberi makanan, tapi ditolaknya karena bos mereka sedang tidak di tempat.

“Tunggulah sampai Abu Bakar datang,” katanya. Nuaiman jengkel, lalu mengeluarkan ‘ancaman’, “Tunggu pembalasanku!”

Nuaiman lantas menemui beberapa orang, menawarkan budaknya dengan harga sangat murah, sambil membocorkan kelemahannya, yaitu budaknya sering mengaku dirinya seorang merdeka. Yang ditawari setuju, lalu bersama Nuaiman mereka menuju ke tempat Suwaibith duduk. Nuaiman menunjuk kepadanya. Tentu saja Suwaibith berontak sambil mengatakan dirinya bukan budak. Tapi si pembeli berkeras mengikatnya dan berkata, “Kami sudah paham sifatmu.” Untung Abu Bakar segera datang dan urusan jadi gamblang.

Ketika peristiwa tersebut diceritakan kepada Nabi, beliau tertawa, bahkan sepanjang tahun setiap beliau ingat atau diingatkan atau di ceritakan. Nuaiman adalah pembawa kegembiraan. Mungkin karena itu, Nabi pernah berkata, “Nuaiman akan masuk surga sambil tertawa, karena ia sering membuatku tertawa.”

Cerita tentang Nuaiman menyegarkan ingatan kita bahwa Nabi adalah pribadi yang ceria. Suka tertawa, bercanda, dan tidak melulu bersikap resmi. Ia biasa bersenda gurau dengan para sahabat dan istri-istrinya. Sayangnya, riwayat-riwayat tentang sisi manusiawi ini jarang diedarkan. Nabi dihadirkan sebagai sosok yang lurus, kaku, dan hanya suka memberikan perintah atau gemar melarang-larang saja.

Sebagai umat Nabi, kita berhasrat meneladaninya secara penuh. Kita meninggalkan sesuatu yang dibenci Nabi dan berusaha menyukai apa saja yang dia senangi. Tapi kita sering melupakan sikap lapang dada dan humorisnya. Jadilah kita sedikit-sedikit merasa dihina, dilecehkan, lalu murka.

Sebenarnya masih banyak kisah atau cerita seperti ini pada zaman Rasulullah.